Arsip untuk Mei, 2010

NELAYAN YANG PUAS

Edisi pembelaan dari status facebook yang saya buat,,,
abis banyak yang komen gara-gara aku bilang every day is holiday,,
ahahaha

—————————————————————
Usahawan kaya dari kota terkejut menjumpai nelayan di pantai sedang berbaring bermalas-malasan di samping perahunya, sambil mengisap rokok.
‘Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?’ tanya usahawan itu.
‘Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini,’ jawab nelayan.
‘Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?’ tanya usahawan.
‘Untuk apa?’ nelayan balas bertanya.
‘Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak,’ jawabnya.
‘Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal … bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku.’
‘Selanjutnya aku mesti berbuat apa?’ tanya si nelayan.

‘Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup,’ kata si usahawan.
‘Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?’ kata si nelayan puas.
Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

————————————————
buat yang buka dari facebook, tulisan ini juga bisa dilihat di sini.

tips public speaking edisi#1

Ini adalah edisi perdana dari rangkaian tulisan tentang TOPS (Tips on public speaking)
Cerita sejarah dulu ya,,,
Jadi waktu itu saya diundang oleh Aay untuk jadi pemateri di UIN Sunan Gunung Djati. Pas waktu itu ada peserta yang bertanya padaku, kalau ngga salah mah Riska, dia pengen tau tentang tips public speaking gitu. Aku jawab OK, nanti dikasi tau.
Dalam pikiranku emang dah ada rencana untuk nulis buku tentang itu. Bahkan saya dah ngetik beberapa file yang isinya tentang cara mudah public speaking dan presentasi, tapi ngga pernah beres-beres, hehe,,, jadi sampai sekarang permintaan Riska belum juga dikabulkan. Maaf ya,,,
Lalu beberapa minggu lalu Vani juga bilang, pengen bisa jadi presenter, pengen tau cara-cara public speaking gitu, nah, kalo udah dia yang bilang mah, kayanya ngga bisa nolak deh. Akhirnya diketik ulang semua file-file yang ngga beraturan itu, dan taaa daaaa,,,,
Jadi inilah dia rangkaian tulisan yang isinya tips-tips mudah public speaking.
setiap minggu saya usahain bisa update berbagai tips praktis public speaking di blog ini. Setiap tips bisa langsung dipraktekkan pada presentasi Anda selanjutnya.
Sengaja ngga di jadiin satu tulisan langsung, biar ngga lieur dan bisa sedikit-sedikit di praktekin.
Sok atuh, saya persilakan untuk bereksperimen. Bebas dimodifikasi tips-tips berikutnya sesuai dengan kebutuhan presentasi yang dilakukan.

berikut ini adalah tips pertama:
“KIRI LEBIH BAIK”

kita sering diajarkan untuk menggunakan bagian kanan dari berbagai hal. makan dengan tangan kanan, melangkah masuk dengan kaki kanan, dan lain sebagainya. tentu saja tidak ada masalah dengan pembedaan kanan-kiri seperti ini.
namun, pada beberapa hal, kiri adalah lebih baik. misalnya saja pada saat Anda bergerak memasuki panggung. sedapat mungkin masuklah dari sebelah kiri panggung, kiri dari sudut pandang audience tentunya. sehingga mata audience melihat Anda seperti saat membaca tulisan ini, dari kiri ke kanan.
mengapa hal ini menjadi penting. ada dampak tertentu saat Anda dilihat bergerak dari kiri ke kanan. Audience akan merasa familiar dengan Anda, karena merasa Anda bergerak alami. audience melihat Anda seperti saat membaca buku atau menulis.
bila Anda bergerak berlawanan, dari kanan ke kiri, Audience akan merasa Anda bergerak melawan arus, dan itu membuat mereka tidak merasa nyaman.
alasan yang sama juga yang membuat game pada zaman dahulu, seperti nintendo membuat game dengan tokoh yang bergerak dari kiri ke kanan, karena hal itu membuat game terasa menyenangkan dan natural. konon kabarnya hal ini berkaitan dengan otak kanan dan kiri. saat ada orang di kiri kita maka otak kanan kita yang dominan dimana otak kanan berisi pusat pengolah bahasa dan kreativitas. sedangkan jika ada orang di kanan kita, maka otak kiri yang dominan, dimanan otak kiri berisi logika dan penalaran. jadi jika kita ada di kanan, belum apa-apa kita sudah di nilai dan di kritisi oleh otak kiri audience kita.

mari kita lakukan sedikit eksperimen.
coba saja Anda membayangkan orang bergerak dari kiri ke kanan di depan Anda, bandingkan dengan dari kanan ke kiri, mana yang lebih terlihat nyaman bagi Anda?

btw,,, mungkin tips ini tidak berlaku di arab yang bacanya dari kanan ke kiri,,, huhuhu

——————————————————————————————
Numpang berita:
Buat yang ngga mau ketinggalan kalau ada update terbaru, klik aja di kanan ini, ada “daftar yuk!” klik di daftar, atau masukin email buat yang bukan pengguna word press,,
Untuk yang buka dari facebook klik dulu di sini

bercahayalah

Jumat tanggal 21 mei 2010 saya punya utang ama peserta training “Excellent training: catch your dream, accelerate your potential”
Saya teh janji mau nge-tag tentang kata-kata mutiara—atau paragraf mutiara—tentang keberanian. Katanya ini adalah kutipan dari pidato inaugurasi Nelson Mandella, padahal bukan, ini adalah karya Marianne Williamson. Well, siapapun yang nulis isinya tetap bermanfaat, jadi ambilah manfaatnya ya,,, dan biar utang saya lunas… hehew
‘Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness, that most frightens us.’
We ask ourselves, Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, fabulous?
Actually, who are you not to be?…
Your playing small doesn’t serve the world. There’s nothing enlightened about shrinking so that other people won’t feel insecure around you.
We are all meant to shine, as children do… It’s not just in some of us; it’s in everyone. And as we let our own light shine, we subconsciously give other people permission to do the same.
As we’re liberated from our own fear, our presence automatically liberates others.”

Terjemahan oleh Ervan Abu N (sapa tau ada yang mengartikan berbeda)
Ketakutan terbesar kita bukanlah karena kita tidak mampu, tapi karena kita memiliki kekuatan yang tak terbatas. Cahaya kita, bukan kegelapan kita, yang membuat kita takut.
Kita bertanya-tanya, siapa aku, sehingga layak menjadi cerdas, menawan, berbakat, terkenal?
Pertanyaan sebenarnya adalah, siapa kita, sehingga tidak menjadi seperti itu?
Membatasi diri tidak memberi manfaat bagi dunia. Tidaklah mencerahkan, jika kita mengkerdilkan diri agar orang lain tidak merasa tidak nyaman bersama kita.
Kita semua diciptakan untuk bercahaya, sebagaimana anak-anak, ini bukan hanya hak sebagian dari kita; tapi semua orang. Dan jika kita membiarkan diri kita bercahaya, kita secara tak langsung memberi orang lain izin untuk juga bercahaya.
Saat kita terbebas dari ketakutan kita, kehadiran kita menjadi cahaya yang membebaskan orang lain.
(Marianne Williamson, author, from A Return To Love, 1992. Ack C Wilson and J Cooke

MOHON HATI YANG DAMAI

Dewa Vishnu sudah bosan mendengarkan permohonan salah
seorang penyembahnya, hingga suatu ketika ia menampakkan
diri di hadapannya dan berkata: ‘Sudah kuputuskan, aku akan
memberikan tiga hal, apa pun yang kau minta. Sesudah itu,
tidak ada sesuatu pun yang akan kuberikan kepadamu lagi.’

Penyembah itu dengan gembira langsung mengajukan permohonan
yang pertama. Ia meminta, agar isterinya mati sehingga ia
dapat menikah lagi dengan wanita lain yang lebih baik.
Permohonannya dikabulkan dengan segera.

Tetapi ketika teman-teman dan sanak saudaranya berkumpul
menghadiri pemakaman isterinya, dan mulai mengenangkan
kembali semua sifat baiknya, penyembah ini sadar bahwa ia
telah bertindak terlampau gegabah. Saat itu ia menyadari
bahwa dulu ia buta terhadap segala kebaikan isterinya.
Apakah ia masih bisa menemukan wanita lain yang sebaik dia?

Maka ia memohon kepada dewa, agar menghidupkan isterinya
kembali. Kini permohonannya tinggal satu lagi. Ia bermaksud
tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, karena
ia sudah tidak akan sempat memperbaikinya lagi. Ia bertanya
kemana-mana. Beberapa kawannya menasehatinya, agar ia minta
diluputkan dari kematian. Tetapi apa gunanya tetap hidup,
kata kawannya yang lain, kalau badannya tidak sehat? Dan
untuk apa sehat, kalau tidak punya uang? Dan apa gunanya
uang kalau tidak punya sahabat?

Tahun demi tahun telah lewat dan ia belum juga dapat
memutuskan apa yang harus dimintanya: hidup, kesehatan,
kekayaan, kekuasaan atau cinta. Akhirnya ia menyerah dan
berkata kepada dewa: ‘Berkenanlah kiranya Dewa memberi
nasehat, apa yang sepantasnya saya minta?’

Melihat kebingungan orang itu, Vishnu tertawa dan berkata:

‘Mintalah hati yang damai, entah apa pun yang terjadi dalam
hidupmu.’

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

self employee

Pergi pagi, pulang sore, kurang waktu untuk keluarga, gaji kecil, bos galak, ancaman PHK, bawahan malas, itulah gambaran kondisi karyawan dalam berbagai tataran di negeri kita ini. Banyak orang merasa bahwa menjadi karyawan adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang. Padahal ada cara-cara lain untuk mendapatkan uang dengan halal.
Pengaruh Robert Kiyosaki memang luar biasa. Sejak bukunya Rich Dad & Poor Dad terbit, entah sudah berapa orang beralih profesi dari karyawan menjadi pemilik bisnis atau investor. Gejolaknya juga terasa pada buku-buku yang beredar di pasaran. Buku-buku bisnis saat ini banyak yang berfokus pada tema seputar enterpreneurship. Tampaknya ide untuk menjadi business owner telah sedemikian menjamurnya.
Ada empat kuadran cash flow yang dibahas oleh Kiyosaki. Kuadran yang menggambarkan empat cara mendapatkan uang. Dari keempat kuadran itu ternyata tidak banyak buku yang membahas tentang kuadran self employee.
Dikatakan oleh Kiyosaki, orang yang tergolong self employee biasanya adalah pekerja profesional. Mereka umumnya bukan merupakan karyawan dari perusahaan tertentu dan memperoleh penghasilan dari orang yang menggunakan jasanya. Pekerjaan yang tergolong self employee misalnya dokter, bidan, psikolog, pengacara, terapis, broker, guru privat, tukang pijat, pelukis, penulis, pematung, penari, pengamen, dan lain-lain. Intinya adalah, seorang self employee memperkerjakan dirinya sendiri, ia bukan orang yang memiliki majikan dan juga—dalam bentuknya yang paling murni—tidak memiliki anak buah.
Ada yang beranggapan pekerja profesional itu repot. Kelemahan terbesarnya adalah kalau sakit tidak bisa kerja, artinya tidak dapat uang. Ternyata tidak harus seperti itu. Seorang pekerja profesional bisa sakit berhari-hari tanpa terganggu penghasilannya.
Berbeda dengan karyawan, pekerja profesional bisa menentukan jam dan hari kerjanya sendiri, artinya dia bisa mengalokasikan kapan ia ingin “cuti.” Misalnya seorang dokter mengalokasikan bekerja 250 hari dalam setahun. Maka jumlah hari liburnya adalah 365 hari setahun kurangi 250 hari kerja, atau sebanyak 115 hari. Jauh lebih banyak dari jatah cuti pegawai pada umumnya. Hari-hari ini bisa digunakan untuk liburan, main, sakit, dan lain sebagainya.
Dengan jumlah hari libur tersebut, ia masih tetap bisa mendapat pemasukan yang memadai. Misalnya dokter tadi ingin punya penghasilan 125 juta setahun, dan ia maka ia tinggal membagi saja 125 juta dengan 250 hari hasilnya ia mendapat angka 500 ribu perhari. Untuk mendapat target ini ia perlu menetapkan tarif berdasarkan jumlah pasien rata-rata hariannya. Bila setiap hari kerja, rata-rata ada 10 pasien, maka ia memasang tarif Rp 50ribu per pasien. Dengan tarif tersebut target pendapatan setahun akan tercapai.
Tentu saja kondisi ini ada syaratnya, yaitu kepuasan pelanggan. Penghasilan pekerja profesional sangat bergantung dari pelanggan yang puas. Tidak ada pelanggan berarti tidak ada uang. Tidak ada bos yang menggaji pekerja profesional. Hidup mati pekerja profesional sangat bergantung dari pelanggan-pelanggan yang puas.
Apabila pelanggan kecewa maka seorang pekerja profesional harus mencari pelanggan baru untuk memenuhi target pendapatannya. Belum lagi dampak dari kekecewaan pelanggan tersebut. Pelanggan yang kecewa bisa bercerita pada teman-temannya, saudaranya, keluarganya, dan orang-orang lain. Dampaknya citra seorang pekerja profesional bisa menjadi buruk dimata orang-orang yang bahkan belum menggunakan jasanya. Bila sudah demikian, akan makin sulit mendapatkan pelanggan.
Sedangkan apabila pelanggan-pelanggan terpuaskan dampaknya juga luar biasa. Pelanggan-pelanggan terpuaskan ini yang nanti akan kembali menggunakan jasa pekerja profesional tersebut. Pelanggan ini pula yang akan membawakan pelanggan baru bagi pekerja profesional itu.
Sikap mementingkan kepuasan pelanggan ini merupakan kelebihan lain self employee dibandingkan karyawan. Karyawan umunya merasa gaji mereka tidak berhubungan dengan pelanggan. Sehingga karyawan kadang terkesan acuh pada pelanggan. Padahal tidak ada pelanggan artinya perusahaan mereka gulung tikar dan mereka di PHK.
Ada beberapa kelebihan lain menjadi self employee. Menjadi self employee tidak diperlukan proses melamar pekerjaan. Sebagai gantinya self employee berkutat dengan proposal dan teknik marketing lain dalam menawarkan jasanya. Tidak ada wawancara kerja, yang ada adalah presentasi program. Tidak ada psikotest, yang ada menyebarkan brosur dan pamflet.
Singkatnya self employee adalah tidak ada bos marah, tapi ada pelanggan yang bisa pindah ke pesaing. Tidak ada aturan, tapi harus punya disiplin diri. Tidak ada jam kerja, tapi setiap waktu harus memikirkan bagaimana mendapat dan mempertahankan pelanggan.
Sangat menantang bukan? Jadi, kapan Anda berhenti kerja dan menjadi self employee?

* sebenarnya cuma pembelaan karena saya adalah seorang self employee,,, hehe*